agaknya pagi ini ada yang berlebihan, saat terlihat merona pada pipiku saat aku pertatapan dengan sebuah cermin tepat di depan tempat tidurku.
emmmhhh.... entahlah, sejak semalam hati ini gundah saat kutangkap berulang kali dering telpon pada hp ku yang sengaja aku geletakkan jauh dari tempat tidurku.
takbiasa memang jika dibandingkan dengan beberapa purnama yang telah lalu, dimana hp ku tak pernah jauh dari genggamanku. ya bagaimana tidak.... (agaknya romantiseme ini tidak perlu di ketahui lebih banyak lagi mata).
emmhhhhh..... "rona pipiku tepat seperti beberapa tahun yang lalu"
beberapa purnama yang telah lewat saat hari bebas ini tiba memang kami selalu bersua.
meski mata tak saling pandang namun agaknya rasa itu jauh lebih dalam dari keberadaannya sendiri.
ah".... ingin aku bercerita tentang rona merah pada pipiku ini, tapi aku malu :)
tak sedikit yang bilang bahwa ada yang berubah dalam penampakkannu belakangan ini, setelah beberapa purnama lewat agaknya dialektika hati dan pikir menjadi tembok besar dalam penulisan episode perjalanan kita.
ah, tapi wajar saja, kita berbeda. agknya ini yang belom kita sepakati bersama dalam dialek hidup kita.
lantas seharusnya tak ada lagi yang harus kita pertanyakan, selain kesanggupan untuk dapat saling menerima.
agaknya aku sulit untuk bangun dari tidur panjangku dalam romantisme dokmatis tentang realitas cinta yang ideal.
lalu kapan sebenarnya cinta itu tak perlu kita pertanyakan lagi saat masing-masing kita saling membutuhkan.
mungkin kita belom lelah dalam perdebatan ideologi yang telah menghegemoni sekian banyak mata pikir manusia tentang arti "berhubungan" mereka terdokma oleh sebuah pembiasaan, sedang ketika aku tampil berbeda aku yang di persalahkan.
ya mungkin pikiran dan hati kita belom mampu bersatu untuk berjalan beriringan kearah sana. meskipun harapku masih dapat kau genggam tangan ini untuk melangkah bersama. bukan siapa yang akan di depan dan siapa yang akan dibelakang, tapi bersama mampu menurunkan ego untuk mampu beriringan dan tidak lagi mempersoal siapa yang akan dikanan dan siapa yang akn di kiri....
"akhiranya tak jemu pula aku menunggu purnama untuk mampu menatapmu kembali apapun yang akan terjadi nanti"
-terimakasih untuk hari minggu yang tak biasa ini-
kamu yang biasa aku panggil "be"
emmmhhh.... entahlah, sejak semalam hati ini gundah saat kutangkap berulang kali dering telpon pada hp ku yang sengaja aku geletakkan jauh dari tempat tidurku.
takbiasa memang jika dibandingkan dengan beberapa purnama yang telah lalu, dimana hp ku tak pernah jauh dari genggamanku. ya bagaimana tidak.... (agaknya romantiseme ini tidak perlu di ketahui lebih banyak lagi mata).
emmhhhhh..... "rona pipiku tepat seperti beberapa tahun yang lalu"
beberapa purnama yang telah lewat saat hari bebas ini tiba memang kami selalu bersua.
meski mata tak saling pandang namun agaknya rasa itu jauh lebih dalam dari keberadaannya sendiri.
ah".... ingin aku bercerita tentang rona merah pada pipiku ini, tapi aku malu :)
tak sedikit yang bilang bahwa ada yang berubah dalam penampakkannu belakangan ini, setelah beberapa purnama lewat agaknya dialektika hati dan pikir menjadi tembok besar dalam penulisan episode perjalanan kita.
ah, tapi wajar saja, kita berbeda. agknya ini yang belom kita sepakati bersama dalam dialek hidup kita.
lantas seharusnya tak ada lagi yang harus kita pertanyakan, selain kesanggupan untuk dapat saling menerima.
agaknya aku sulit untuk bangun dari tidur panjangku dalam romantisme dokmatis tentang realitas cinta yang ideal.
lalu kapan sebenarnya cinta itu tak perlu kita pertanyakan lagi saat masing-masing kita saling membutuhkan.
mungkin kita belom lelah dalam perdebatan ideologi yang telah menghegemoni sekian banyak mata pikir manusia tentang arti "berhubungan" mereka terdokma oleh sebuah pembiasaan, sedang ketika aku tampil berbeda aku yang di persalahkan.
ya mungkin pikiran dan hati kita belom mampu bersatu untuk berjalan beriringan kearah sana. meskipun harapku masih dapat kau genggam tangan ini untuk melangkah bersama. bukan siapa yang akan di depan dan siapa yang akan dibelakang, tapi bersama mampu menurunkan ego untuk mampu beriringan dan tidak lagi mempersoal siapa yang akan dikanan dan siapa yang akn di kiri....
"akhiranya tak jemu pula aku menunggu purnama untuk mampu menatapmu kembali apapun yang akan terjadi nanti"
-terimakasih untuk hari minggu yang tak biasa ini-
kamu yang biasa aku panggil "be"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar