Selasa, 28 Januari 2014

camar biru

cinta yang gak tepat waktu.
kalimat diatas agaknya tepat untuk menggampabrkan 4tahun yang lalu, saat aku masih manja-manjanya, saat aku baru mulai merangkak dari luka cinta yang sebelumnya ada.
aku menjalani setelah luka itu dengan sangat sederhana, dalam main-mainku, dalam kesempoyonganku untuk dapat berdiri dan berjalan beriringan denganmu.
agaknya memang pertemuan kita terlalu cepat. dipertemukan dalam suasana magis.
entah kebetulan atau tidak yang jelas Allah mempertemukan umatnya tidak mungkin kebetulan. pasti ada seribu alasan kenapa aku harus bertemu denganmu, dan kenapa harus saat itu kita bertemu. saat aku butuh-butuhnya kenyamanan dan kamu siap memberikan itu, dan saat aku ingin menambah kenyamanan itu hau hanyut begitu saja dari bayangku tanpakutau terlalu dalam tentangmu.

kau saat ini mungkin tak peduli lagi denganku. saat aku berusaha keras berdiri dan bangkit sekuat tenaga, dengan sisa-sisa tenaga yang kumiliki namun kau berpaling dan tak sedikitpun mau menoleh melihatku.
lantas bukankan yangkulakukan saat ini sia-sia.
lebih dari empat kali aku berusaha bertegur sapa denganmu, mencoba mengulang romantisme sejarah yang pernah bergelayut dalam bayang-bayang namun agaknya itu sia-sia.
seberapapun hebatnya aku untuk bertahan dan berjuang untuk meyakinkanmu kembali tetap saja itu tak bermakna bagimu.

akankah hati ini kuat bertahan menopang kegalauan yang setiap malam membayangiku.
tentang kita, tentang apa yang pernah kita jalani bersama. semudah itu kau melupakanku?
mungkin tak ada mana aku atas kamu hingga tak sedikitpun kamu menyisakan sedikit kenangan tentang kita.
aku sangat merindukanmu, ya... mungkin kau tak peduli itu.
aku hanya ingin mengungkapkannya sekali lagi baha aku sangat merindukanmu.

denganmu yang biasa aku mengumbar segala penatku. denganmu yang biasa aku memanjakan diri. denganmu yang aku selalu berusaha tampil seperti yang kau inginkan.

kau banyak merubahku, namun dalam perubahanku inipun kau tak pedulikan aku. sebegitu tak pantasnya aku untuk kau kenang kembali?
atau mungkin kau mampu mendahului takdir kuasanya dengan mengatakan kita tak berjodoh?

aku benar-benar tak mengerti apa maumu.
apa kau menyesali pertemuan kita?
lantas harus bagaimana aku menyikapi sikapmu ke aku?
atau mungkin ini isyarat yang kau beri agar aku benar-benar enyah dari hidupmu?

apapun yang kau inginkan akan kucoba turuti maumu.
aku kan turut bahagia dalam bahagiamu meskipun aku harus terluka.
terimakasih be :)

Senin, 27 Januari 2014

bukan paket lengkap

mungkin kau tertarik pada bungkus luarnya, mata yang bicara dengan raum-ranum sinarnya.
pada pipi merah meona yang jika ketawa terangkat hingga terlihat gigi yang terjepit di sisi kanannya.
pada caranya jalan yang tegas tanpa terlihat sedikitpun keraguan pada setiap langkahnya.
caranya bicara yang mampu membius hingga mempengaruhi orang lain untuk dapat sepaham dengannya.
pikirannya kritis hingga tak jarang kau kualahan menanggapinya.

karir akademisnya bisa di katakan cemerlang oleh rekan dan kawannya, siapa yang tak mengenalnya. sosok dermawan ilmu yang setiap sore duduk di bulsum untuk sekedar berbagi, berdiskusi dan berdialektika dengan kawan-kawannya. penampakkannya sungguh mempesona. daya hayalnya luar biasa. kemampuan analisisnya tak terelakkan lagi. prediksinya terhadap masadepan banyak yang tak meleset.

hahaha... bisajadi sosok yang kau kagumi itu paranormal. perempuan dengan penampakan sempurna.

namun seiring aku mengenel perempuan itu, aku bisa menanggap apa yang membuatmu mengaguminya. ya, caranya mencintaimu beda.
dia bukan perempuan polos yang sama dengan perempuan-perempuan lain seumurannya.
dia mampu berfikir kritis.
bahkan apa yang telah ia berikan padamupun atas dasar pertimbangan logis, dan atas kepercayaannya padamu.
namun mungkin bukan sosok perempuan kritis sepertinyalah yang kau butuhkan.
kau butuh wanita yang bisa kau anggap budak. yang mampu melayanimu, membuatkanmu sarapan setiap pagi, mencuci, mengerjakan pekerjaan rumah.

tapi cukup, cukup kau pahami, zaman perbudakan telah berakhir. didepanmu ada perempuan yang bijak, ia paham apa yang menjadi keputusan terbesar dalam hidupnya dengan memberikan sesuatu padamu.
cukup untuk kau pahami bahwa itu bentuk dari kepercayaannya padamu, dan bentuk ketidak ragu-raguannya terhadap hibungan kalian. lantas mana lagi yang masih kau pertanyakan?

kesetiaannya padamu?

bangunlah dari tidur dogmatismu tentang keidealan berhubungan.
kau terkonstruksi oleh sekelilingmu. lantas tidakkah kau pikir tentang kepercayaan yang mentakdirkan kalian bersatu.

aku rasa kau punya perempuan hebat yang cukup realistis dan demokratis, kau bisa menegurnya, bahkan ia tak sungkan-sungkan mendengarkanmu.
takbisakan kalian menegosiasikan lagi tentang hubungan kalian?
tidakkah kau sayangi perempuan yang pernah menjadi pilihanmu itu?

belom terlambat bagi kalian untuk kembali menata bongkaha-bongkahan yang mungkin dulu tlah retak.
lalu akankah cerita kalian cukup berahir sampai sini?

tak ada manusia yang kayak kartu telpon men.....
yang menawarkan sekian banyak bonus dan kelebihan... padahal belom tentu awet.
sedang perempuan di depanmu tak menjanjikan kelengkapannya namun mau belajar untuk berjalan beriringan. lantas apakah ia akan kau sia-siakan men??

maaf yang tak bicara

untuk be,....
bersamamu aku belajar tentang diam dan bicara
makna diam dan bicara

akankah belajarku selesai?
apakah aku sudah lulus?
atau kau tak lagi mau mengajariku?

apa aku terlalu bodoh?
apa kau tak cukup mampu lagi mengajariku?
apa aku yang tak cukup bisa mengeri?
apa kau yang terlalu sulit memberikan pelajaran itu?

aku butuh kamu untuk tidak sekedar mengajariku
maukah kau membimbingku?
aku ingin melangkah lebih jauh lagi.
aku ingin belajar lebih banyak lagi.

ah'be...
mungkin kau lelah berteriak2 mengajariku?
lantas apa kau menyerah begitu saja untuk mengajariku?

ah'be...
mungkinkah suatu saat nanti kau bisa kembali padaku?
berikan raport itu jika aku sudah lulus.

ah'tak ingin aku mencari guru baru....
maafkan aku jika membuatmu lelah....



Rabu, 15 Januari 2014

move hanya masalah waktu

hai apa kabarkebali lagi bersama aira....
ya mungkin langit memang tak semendung kemarin tapi juga tak secerah bberapa bulan yang lalu....
satu lagi pelajaran yang aku dapatkan tanpa keberadaan kamu yaitu masalah waktu.

Sabtu, 11 Januari 2014

penantian 84 purnama

agaknya pagi ini ada yang berlebihan, saat terlihat merona pada pipiku saat aku pertatapan dengan sebuah cermin tepat di depan tempat tidurku.
emmmhhh.... entahlah, sejak semalam hati ini gundah saat kutangkap berulang kali dering telpon pada hp ku yang sengaja aku geletakkan jauh dari tempat tidurku.
takbiasa memang jika dibandingkan dengan beberapa purnama yang telah lalu, dimana hp ku tak pernah jauh dari genggamanku. ya bagaimana tidak.... (agaknya romantiseme ini tidak perlu di ketahui lebih banyak lagi mata).
emmhhhhh..... "rona pipiku tepat seperti beberapa tahun yang lalu"
beberapa purnama yang telah lewat saat hari bebas ini tiba memang kami selalu bersua.
meski mata tak saling pandang namun agaknya rasa itu jauh lebih dalam dari keberadaannya sendiri.
ah".... ingin aku bercerita tentang rona merah pada pipiku ini, tapi aku malu :)

tak sedikit yang bilang bahwa ada yang berubah dalam penampakkannu belakangan ini, setelah beberapa purnama lewat agaknya dialektika hati dan pikir menjadi tembok besar dalam penulisan episode perjalanan kita.

ah, tapi wajar saja, kita berbeda. agknya ini yang belom kita sepakati bersama dalam dialek hidup kita.
lantas seharusnya tak ada lagi yang harus kita pertanyakan, selain kesanggupan untuk dapat saling menerima.
agaknya aku sulit untuk bangun dari tidur panjangku dalam romantisme dokmatis tentang realitas cinta yang ideal.

lalu kapan sebenarnya cinta itu tak perlu kita pertanyakan lagi saat masing-masing kita saling membutuhkan.
mungkin kita belom lelah dalam perdebatan ideologi yang telah menghegemoni sekian banyak mata pikir manusia tentang arti "berhubungan" mereka terdokma oleh sebuah pembiasaan, sedang ketika aku tampil berbeda aku yang di persalahkan.

ya mungkin pikiran dan hati kita belom mampu bersatu untuk berjalan beriringan kearah sana. meskipun harapku masih dapat kau genggam tangan ini untuk melangkah bersama. bukan siapa yang akan di depan dan siapa yang akan dibelakang, tapi bersama mampu menurunkan ego untuk mampu beriringan dan tidak lagi mempersoal siapa yang akan dikanan dan siapa yang akn di kiri....

"akhiranya tak jemu pula aku menunggu purnama untuk mampu menatapmu kembali apapun yang akan terjadi nanti"

-terimakasih untuk hari minggu yang tak biasa ini-
kamu yang biasa aku panggil "be"


Rabu, 08 Januari 2014

"aku ingin menyapamu"

"Hayy......." aku ingin menyapamu,
aku sibuk meyiapakan kata yang pantas dan pas untuk menyapamu kali ini, mungkin hay....??
mungkin hallo......, mungkin apa kabar...??
tapi, ah' itu sudah sangat biasa.
aku ingin menyapamu kali ini, saat aku merasa aku sedang baik-baik saja aku ingin menyapamu dan bilang,
"hayy...., aku sedang baik-baik saja.
tapi, ah' itu sudah sangat biasa.
saat ini aku ingin menyapamu, dan mengucap, kamu apa kabar?
tapi, ah'itu sudah sangat biasa.
emmhhh.... aku ingin menyapamu dengan sangat tidak biasa, mungkin tidak saat ini, mengkin saat ini aku baru bisa menyapamu dengan doaku, dalam setiap sujudku, ada namamu semoga engkau baik-baik saja.
aku menyapamu dalam setiap malamku, saat aku terjaga dalam malamku untuk masadepanku, di situlah kamu ada, dan aku menyapamu, semoga engkau bersabar menungguku.
aku masih ingin menyapamu, sekarang aku menyapamu lewat karya sederhanaku, semoga engkau menghargai karyaku.
saat ini aku ingin menyapamu, dalam setiap tanya dari ibu bapaku tentang bagaimana usaha kita mempertahankan hubungan ini,ah'..... tapi ini agaknya terlalu berlebihan.

"aku ingin menyapamu, suatu saat nanti ketika aku siap, dan berani berucap"aku siap mendampingimu"
ya, suatu saat nanti :)