Berada dalam sebuah
bayang-bayang bagaikan berada dalam sebuah kotak kaca yang dapat melihat luar
dan dalam meskipun yang sebenarnya ingin kita lihat bisa jadi tidak terlihat.
Ya seperti halnya rasa yang tak mudah terdefinisikan dengan baik ini yaitu “percaya”.
Ungkapan yang seharusnya tak perlu di definisikan dengan gamblang karena
ketidak mudahan dalam pendefinisian itu sendiri. Ia tidak dapat terpetakan
dalam belahan hati mana rasa itu muncul.
Rasa “percaya”, perasaan
yang entah bagaimana harus menciptakannya dan dari bahan apa ia dapat terbentuk
sempurna. Mugkin ia ada bukan dari proses penciptaan buatan, bisa jadi
terbentuk secara alami dan tanpa di paksakan, lantas apakah polanya dapat
secara sempurna terbentuk??
tak kutemukan dalam
perenunganku bagaiman proses tersebut dapat bermetamorfosis dan terbentuk
begitu saja, jika iya ia merupakan partikel lunak yang secara alami terbentuk
bisa jadi keberadaannya dan kesempurnaan bentuknya tidak perlu lagi di
ragukan.....
Ah mungkin aku hanya kurang
teliti menyelami dalam setiap pencarianku selama ini. Ia ada dan aku percaya
itu, aku merasakan ada ruang sesak di sudut hatiku yang entah di belahan yang
mana. Apa mungkin rasa sesak itu tempat “percaya itu ada? Kuselami lebih jauh
lagi, tempat ia berada itu hingga paling dasar yang aku kira disanalah ia
diciptakan hingga menyerupai bentuk yang tak terdefinisikan tersebut, rasa
sesak di sudut hati yang entah di belahan mana yang menjadi tempat tinggalnya
tak luput aku selami.
Aku mulai membuka
satu-persatu pintu-pintu yang ada di setiap dinding tempat “percaya”itu ada.
Aku hanya ingin menemukan dimana ia di buat, bagaimana proses pembuatannya, dan
bahan apa saja yang di gunakan untuk membuat sebuah bentuk yang tk
terdevinbisikan tersebut. Mungkin aku kurang jeli..... yang entah tiba-tiba
hati ini terasa sesak setelah lama aku obok-obok.
-bersambung-