Senin, 09 Desember 2013

-kembalilah-

Ingatkah pembicaraan kita tentang sesuatu 'gelembung kosong' di dalam kita, yang diisi hanya oleh kau dan Dia, untuk sebuah persatuan antara kita dan Dia yang tak bisa diganggu oleh apapun barang seusapan. Inilah saat yang tepat untukmu untuk melihat sepetak kecil dalam tubuhmu itu. Sendirian. Berbincang, jika kau ingin. Atau diam, jika kau ingin. Dia mendengarkan. Selalu mendengarkan. (Surat Moh. Amir Jayadi, dalam Novel Pulang- Leila S. Chudori)

"di kutip dari status fb kk ku yg cantik"

Jumat, 06 Desember 2013

"percaya"

Berada dalam sebuah bayang-bayang bagaikan berada dalam sebuah kotak kaca yang dapat melihat luar dan dalam meskipun yang sebenarnya ingin kita lihat bisa jadi tidak terlihat. Ya seperti halnya rasa yang tak mudah terdefinisikan dengan baik ini yaitu “percaya”. Ungkapan yang seharusnya tak perlu di definisikan dengan gamblang karena ketidak mudahan dalam pendefinisian itu sendiri. Ia tidak dapat terpetakan dalam belahan hati mana rasa itu muncul.
Rasa “percaya”, perasaan yang entah bagaimana harus menciptakannya dan dari bahan apa ia dapat terbentuk sempurna. Mugkin ia ada bukan dari proses penciptaan buatan, bisa jadi terbentuk secara alami dan tanpa di paksakan, lantas apakah polanya dapat secara sempurna terbentuk??
tak kutemukan dalam perenunganku bagaiman proses tersebut dapat bermetamorfosis dan terbentuk begitu saja, jika iya ia merupakan partikel lunak yang secara alami terbentuk bisa jadi keberadaannya dan kesempurnaan bentuknya tidak perlu lagi di ragukan.....
Ah mungkin aku hanya kurang teliti menyelami dalam setiap pencarianku selama ini. Ia ada dan aku percaya itu, aku merasakan ada ruang sesak di sudut hatiku yang entah di belahan yang mana. Apa mungkin rasa sesak itu tempat “percaya itu ada? Kuselami lebih jauh lagi, tempat ia berada itu hingga paling dasar yang aku kira disanalah ia diciptakan hingga menyerupai bentuk yang tak terdefinisikan tersebut, rasa sesak di sudut hati yang entah di belahan mana yang menjadi tempat tinggalnya tak luput aku selami.
Aku mulai membuka satu-persatu pintu-pintu yang ada di setiap dinding tempat “percaya”itu ada. Aku hanya ingin menemukan dimana ia di buat, bagaimana proses pembuatannya, dan bahan apa saja yang di gunakan untuk membuat sebuah bentuk yang tk terdevinbisikan tersebut. Mungkin aku kurang jeli..... yang entah tiba-tiba hati ini terasa sesak setelah lama aku obok-obok.

-bersambung-

Rabu, 04 Desember 2013

dewasa

jika iya kedewasaan itu proses mungkin kini aku sedang berada dalam proses menuju titik itu.
untuk melihat pelangi yang indah maka akan turun hujan terlebih dahulu.
hujan mengajarkan akan arti ketabahan dan keindahan